Kamis, 27 Februari 2014

Setir Aluan Bersama Thomas Edison



"Banyak jalan menuju Roma" (pribahasa Indonesia)

Begitulah yang sering kita dengar dari para motivasi, guru, atau dosen di kampus kita. Memang benar apabila kita menemui kegagalan, janganlah langsung putus semengat, apakan lagi putus asa. Allah tidak suka orang yang putus asa. Ingat banyak jalan menuju Roma. Tapi, bukan Bang Haji Roma Irama ya..., hheee.

Maksudnya, banyak jalan atau cara dalam meraih impian. seperti banyaknya jalan menuju kota Roma. Jadi, kalo kita gagal dengan cara ini, cobalah dengan cara yang lain. Kalo masiih gagal lagi, carilah cara lainnya lagi, dan seterusnya.

Pernahkah sobat dengar, siapa sih penemu listrik pertama kalinya? Dialah Thomas Edison, seorang anak manusia yang pantang menyerah. Diceritakan dalam sebuah buku karya Dr. Ibrahim El-Fiky, ia pernah gagal sebanyak 9.999 kali sebelum akhirnya menemukan listrik, namun ia tidak pernah menyerah. Selalu mencoba. Sudah barang tentu banyak cara yang pernah ia lakukan untuk mencapai impiannya tersebut. Dah akhirnya, ia pun membuktikan, bahwa ia bisa. Berhasil menggapai impiannya, yang mungkin dulu hanyalah sebuah mimpi yang ngak ada dalam kamus dunia nyata.

Andai saja dulu tidak ada orang yang seperti beliau, niscaya dunia ini masih gelap tanpa penerangan listrik, dan pekerjaan yang kita lakukan terasa sulit dan berat, karena semuanya bersifat manual dan alami. Sosok seperti Thomas Edison ini patut dijadikan teladan untuk menyetir aluan kita biar ngak kandas di tengah jalan.

Oke, masih semangat membaca tulisan ini? Kalo udah lelah ya Daud cukupkan sampai di sini saja dulu tulisannya. Kasihan mata sobat seperti tinggal 5 watt. hhee

Oleh : Daud Fathani, 27 Februari 2014

Rabu, 26 Februari 2014

BERCERMIN PADA PELAYAR TANGGUH

 
 
"Laut tenang tidak melahirkan pelayar tangguh"

Kalimat di atas terpampang di diding rumahku (kost) dimana aku tinggal sekarang. Tulisan tersebut aku temukan disebuah buku yang pernah aku baca. Menurutku, tulisan ini sarat dengan motivasi, dan akhirnya aku tulis di gabus putih dengan ukuran cukup besar, tingginya kurang lebih satu hasta dan lebarnya satu meter dan diberi cat biar ada warna-warninya. Tidak lupa pula, agar terlihat agak timbul sedikit tulisannya maka akupun menyerat semua hurupnya satu persatu.

Bagi sobat-sobat yang pernah ke rumahku mungkin merika sudah pernah melihatnya. Hasil ulah tanganku tersebut memang kurang begitu bagus, karena aku bukan seniman dan juga bukan pengrajin. tapi kesannya cukup unik dan kreatif.

Sob, kalau kita artikan Kalimat di atas sepertinya kurang lebih begini, seseorang tidak bisa dikatakan sebagai pelayar tangguh atau pelayar ulung sebelum ia mampu menerjang ombang dan badai yang mau memecahkan perahunya dengan selamat. Karena Kalo hanya berlayar di laut tenang itu, tiada ombak besar dan tiada badai, itu mah biasa. Tapi kalo berlayar di tengah lautan yang penuh dengan ombak menggunung yang sewaktu-waktu bisa memecah dan menenggelamkan perahu layarnya, itu baru luar biasa. Karena untuk mendapatkan predikat pelayar tangguh, harus berani berjuang, memutarkan aluan kedepan, dan pantang surut kebelakang.

Begitu pula halnya dengan kehidupan kita, untuk mendapatkan predikat sukses, karena kesuksesan bagian dari cita-cita semua orang, perlulah kiranya kita berjuang layaknya perjuangan seorang pelayar tangguh.

Memang kita tidak perlu harus ke laut, karena kita bukan pelayar. Berenang aja bisa ngak? hhee. Perjuangan kita bukan di laut. Perjuangan kita ada pada semua aktivitas yang kita kerjakan. Pedagang, misalnya. Ia harus rajin memasarkan dagangannya, pandai-pandai ngelobi konsumen, dan cerdas dalam menentukan harga jual barang biar mendapatkan keuntungan yang besar dan konsumen pun puas.

Bagi pelajar pun demikian, ia harus rajin belajar dan jangan bermalas-malasan. Ringkasnya, predikat sukses tidak ada yang gratis. Ia hanya bisa didapat dengan cara mengarungi perjuangan yang penuh ombak dan badai rintangan.

Berdiam diri ibarat berlayar dilaut tenang. Semua orang pun bisa. Dan itu tidak bisa menghasilkan kesuksesan. Semoga kita bisa bercermin dengan kehidupan pelayar tangguh. Amiin.
 

Selasa, 25 Februari 2014

Asumsi Salah atau Benar?




Pada kebisaan, apabila orang tuanya pedagang maka anaknya juga pedagang. Orang tuanya guru anaknya pun juga guru. Orang tuanya  ulama anaknya pun kadang juga ulama. Parahnya lagi, orang tuanya maling ehh... anaknya juga ikutan maling. Zaman ini memang edan. Apa ini karena adanya asumsi masyarakat yang mengatakan "Buah itu jatuh tidak jauh dari pohonnya?

Sepertinya sih kalimat di atas memang benar dan masuk akal. Tapi tidak juga benar seratus persen. Masih ada di luar sana, ayahnya orang biasa tapi anaknya jadi tuan guru di kampung. Ayahnya pengemis anaknya artis. Artis dadakan kalie yach, hhee.

Ringkasnya, orang tua tidak bisa jadi cerminan untuk anaknya, dalam artian, ketika kita melihat seseorang mencuri sesuatu, jangan bilang ayahnya atau keluarganya juga pencuri atau mantan pencuri. Kala kita melihat seseorang itu sukses, jangan bilang, "Tidak heran si A itu sukses, karena ayahnya dulu juga sukses." Bisa jadi orang tersebut sukses karena ia rajin berkerja, peras keringat, banting tulang, disamping pendidikannya juga mendukung. Untuk contoh mungkin kita tidak perlu mnyebutkannya satu persatu, karena hal demikian tidak hanya sekali atau dua kali saja terjadi. Karena yang demikian bukan hal mustahil. Selama ada kemauan di situ ada jalan.

Oleh sebab itu janganlah asumsi tersebut  dijadikan alasan bagi kita untuk berhenti dari berusaha merubah nasib hidup.  Kalo tuh asumsi tersebut dijadikan alasan, takutnya nanti kamu akan patah hati atau patah semangat kala kamu menemukan kegagalan, dan akhirnya putus asa. Waduh, kalo udah putus asa nehh, bahaya..! Jangan bunuh diri donk. Allah tidak menyukai orang yang putus asa. Allah hanya menyukai orang yang mau berusaha, sabar, dan berdo'a serta berharap penuh pada-Nya.

Alah SWT. berfirman, yang artinya "Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah" (QS. al-Jum'at ayat 10).

"Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar." (QS. Al-Baqarah ayat 153).

Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. (QS. Al-Mu'min ayat 160).

"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku," (QS. Al-Baqarah ayat 186).*

Bersambung. hhee

Oleh : Daud Fathani, 25 Februari 2014.

Belajar dari Ilmu Besi

Oleh: Daud Fathani



Kita diberi Allah SWT. akal pikiran yang sama. Namun, kadang kita heran, teman kita yang satu ini pintar dan jenius. Sedang yang satunya lagi, atau ngak usah jauh-jauh cari yang lain, kita saja misalnya, kurang pintar, ya ini setidaknya kalo memang kita ngak mau dikatakan bodoh. hheee

Kalau kita-kita mau mengkaji ilmu besi, mungkin kita akan mengerti kenapa yang demikian bisa terjadi . Opss.... Seperti apa yah ilmu besi itu?

Besi kalau diolah maka akan menjadi sebuah pisau. Dan apabia diasah ia pun menjadi landap. Semakin sering kita mengasahnya, ia pun akan menjadi semakin landap, landap, dan makin landap lagi.

Begitu pula halnya dengan kita. Kita ngak boleh menyalahkan Tuhan, kenapa ngak memberi kita kepintaran. Salahkan kepada kita kenapa kita ngak mengolah dengan baik, akal pikiran yang Allah berikan.

Kalo saja kita mau mengolah nikmat akal pikiran tersebut dengan baik, dengan seumpama giat belajar, membaca dan menulis, berusaha ingin tahu. Maka akal pikiran kita pun akan menjadi kuat, pintar, jenius, dan tentunya itu akan menjadi lebih baik dan berharga. Al-Ajr biQadr at-Ta'abi, balasan itu sesuai usahanya masing-masing.

Tidak ada manusia ketika dilahirkan langsung 'alim (pintar), kecuali orang-orang yang Allah kehendaki, dan itu pun jarang terjadi, ibarat seribu banding satu. Namun Allah sudah menjelaskan dalam Kitabnya, yang pahamannya insyaAllah seperti ini, Tuhan tidak akan merubah nasib suatu kaum sebelum kaum itu sendiri mau berubah untuk merubahnya.

Itu artinya, kepintaran akal pikiran tidak bisa didapat kecuali dengan diusahai. Belajar, misalnya. Semakin giat kita belajar, semakin sering kita mengulang-ulangi pelajaran, maka akan semakin bertambah kualitas akal kita. Sebagaimana kata-kata Hikmah, "Lancar kaji karena diulang."

Ditulis oleh: Daud Fathani, 25 februari 2014.

Senin, 24 Februari 2014

Yuk Menulis....!!!

 
Sob, tahu ngak kenapa Gue begitu bertekad buaaanget harus nulis status setiap hari. Gini ceritanya, pada tahun lalu 2012 gue ngikutin forum kepenulisan di Banjarbaru. yah, tepatnya pada tanggal 12 Desember 2012. Ada banyak hal bermanfaat bagi gue sekembali dari mengikuti acara tersebut. Diantaranya; motivasi-motiivasi seputar kepenulisan begitu terbuka lebar disampaikan para senior, selain mendapatkan beberapa teman baru dari berbagai sekolah tinggi atau universitas. Acara tersebut adalah acara orientasi FLP gabungan. Yakni FLP Banjarbaru  dan FLP Banjarmasin.

Acara yang bertempat di hutan pinus tersebut dihadiri oleh calon-calon penulis terkenal, amiiin. hheee. Wah, kok gue ini penyiar berita atau curhat yah. Ngak penting apa ini namanya, yang jelas, gue nulis ini hanya sekedar belajar menulis, alias latihan menulis, biar terbiasa, sebagaimana amanat kakak2 senior FLP kemarin waktu orientasi.

Sob, kata kakak senior yang udah berhasil menelurkan buku-buku neh ya, memangnya ayam bisa bertelur segala, hehee.... kalau kalian ingin menjadi penulis, ya penulis hebat sekalian, maka mulailah dari sekarang. Yakinkan bahwa kita juga bisa seperti para penulis-penulis buku terkenal itu. Tekadkan, bahwa kamu harus bisa menulis setiap hari, yah, minimal nulis status-lah di FB. Apakan lagi sekarang, menulis itu tidak sebatas hanya bisa dengan menggunakan alat kertas serta pena, tapi sekarang juga bisa dengan menggunakan laptop, komputer, dan bahkan kalau hp yang agak mahalan dikit bisa juga menulis lewat hp. Tapi, menulis SMS-kan itu bagian dari menulis juga lho...!!! hhoo.....

Satu hal yang membuat bingung para pemula, ya, tentunya yang ingin menjadi penulis seperti kita-kita ini donk, hemm., yaitu bingung dalam menentukan tema, bingung apa yang mau ditulis, dan bingung bagaimana cara memulainya. Padahal, dalam menulis tidak begitu ada banyak peraturan, apalagi kalau nulis di buku catatan sendiri, siapa yang melarang. hhee... Memang gue akuin, menulis itu ngak mudah, tapi kata senior dan para ahli tulis, menulis itu mudah dan menyenangkan. Kenapa Gue akuin sulit alias ngak mudah, sebab gue juga baru belajar ini.

Memang kebanyakan para pemula mengeluhkan hal-hal semacam itu, Bingung, bingung, dan bingung. Apa obatnya? Cari sendiri donk di apotek, hihihi. Untuk memulai menulis, seingat gue sih gitu deh kata senior kemarin, tulislah apa yang ada pada pikiranmu, apa yang terlintas dalam benakmu, apa yang kamu lihat dan dengar, tulis. Sekali lagi, tulis. Nah, udah dimulaikan nulisnya. 

Agar tulisan kita lancar, maka selama awal menulis, dari huruf pertama hingga berikutnya, jangan kau baca ulang. Tulislah, tulis, tulis, dan tulis hingga selesai. Sebab, kalau kamu baca sebelum selesai, entar ketika kamu nemuin kurang ini-lah, kurang itu-lah, terus kamu hapus, hapus lagi, dan hapus lagi. yah, kapan selesainya kalau terus-terusan dihapus. Makanya, kalau mau menulis, ingatkan pesan ini, JANGAN DIBACA SEBELUM SELESAI, TULIS, TULIS, DAN TULIS. Nah, kalau tulisan sobat udah selesai, sekarang saatnya membaca ulang dari awal hingga akhir, dan kalau ada yang kurang asam garamnya bisa ditambahin atau dikurangin.

Demikian sob, semoga curhat atau apa-lah ini namanya, bisa bermanfaat bagi gue sendiri khususnya, dan bagi yang membaca umumnya. amiin....

Ditulis oleh: Daud Fathani, 23 Februari 2014

***
Catatan:
Tulisan ini sebelumnya sudah saya tulis di akun fb saya Daud Fathani pada malam tadi. Berhubung malam sudah terlalu larut, jadi ngak sempat saya tulis kembali ke blog ini. 

Jadilah Bibit Unggul


Bukan rahasia lagi, sebuah bibit unggul pasti akan disayang dan dipelihara dengan baik oleh si tukang kebun. Disiram, dikasih pupuk, dibersihkan dari rumput-rumput liar, dan kalau ada ulat-ulat yang menyerang ia akan segera dibersihkan agar bibit tersebut tidak mudah rusak dan mati.

hal demikian terjadi, karena si tukang kebun yakin, bahwa bibit yang ia tanam adalah bibit unggul. bibit yang bermanfaat. bibit yang bisa menghasilkan investasi bagi dirinya.

Begitu pula dengan orang baik. Orang baik akan selalu disayang dan dihormati oleh masyarakat. Terlebih lagi Allah dan Rasul-Nya.

Kenapa demikian? Karena orang yang baik adalah orang yang selamat dari celaan dan gangguannya. Selain itu, orang baik juga bisa diharap mendatangkan kemanfaatan bagi lainnya.

Sebagai contoh yang paling sederhana, lihatlah para tuan guru kita di kampung-kampung. Mereka disayang dan dihormati masyarakatnya. Apa pun yang mau merika lakukan, lebih-lebih pekerjaan berat, kemungkinan besar masyarakat tidak mungkin berpangku tangan saja.

Pernah terjadi di kampung halaman Penulis. Pada waktu itu adalah musim tanam padi. Ya memang mayoritas masyarakat di sana bekerja sebagai petani, disamping ada juga yang berkebun, dan berdagang dll. Kebetulan salah satu tuan guru di sana juga seorang petani. Jadi, saat si tuan guru mau bercocok tanam, pada hari itu banyak warga yang ikut turun ke sawah membantu bercocok tanam hingga yang mestinya pekerjaan itu hanya bisa selesai dengan dikerjakan beberapa hari, ternyata dalam tempo setengah hari sudah selesai.

Itu bukanlah kehendak si tuan guru. Tapi masyarakat yang mau. Masyarakat sayang pada beliau. Jadi apa pun yang mau beliau lakukan sering masyarakat ikut turun tangan. Karena masyarakat merasa keberadaan si tuan guru tersebut di kampung adalah suatu nikmat dari Allah. Sudah banyak manfaat yang dirasakan oleh mereka. Si tuan guru rutin memberikan petuah-petuahnya lewat ceramah-ceramah, baik di rumah-rumah warga maupun di Majelis-majelis yang beliau asuh.

Intinya. Kalo kita mau disayang maka jadilah bibit unggul yang bisa diharapkan kemanfaatannya. Bukan jadi rumput-rumput liar yang hanya menyesaki dunia, menghambat tumbuhnya bibit unggul dan tiada berguna yang akhirnya bukanlah disayang, tapi malah diinjak-injak dan ditebas.

 Ditulis oleh: Daud Fathani, 23 Februari 2014

***
Tulisan ini sebelumnya saya tulis di akun fb saya sendiri pada tanggal 23 Februari 2014, pukul 14.52


Minggu, 23 Februari 2014

Dahsyatnya Menulis


 
Pingin jadi penulis? Ya tentu donk. Siapa sih yang ngak mau jadi penulis. Menulis membuat orang yang bersangkutan akan dikenal dan dikenang oleh pembacanya.

Kenapa tidak? Fakta telah membuktikan, bahwa orang yang melahirkan karya tulisnya, keberadaan si penulis sering dirasakan selalu ada di dunia kendati ia telah wafat ratusan tahun silam.

Tidak perlu jauh-jauh. Kita ambil satu contoh saja, Datuk Kalampaian misalnya. Siapa sih yang tidak kenal dengan penulis kitab Sabilal Muhtadin tersebut? Dialah Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari yang telah hidup pada zaman kerajaan Banjar dulu. Hitunglah, sudah berapa ratus tahun beliau meninggalkan ummat ini? Namun karyanya selalu dibaca banyak orang. Namanya masih hidup di tengah-tengah kita, seolah beliau masih hidup.

Ada banyak keuntungan dari aktivitas menulis. Ya, yang pastinya kalau niat kita ikhlas karena Allah Ta'ala tentunya kita akan beroleh pahala. Benarkan???

Bagi sebagian orang, menulis merupakan profesi yang sangat menguntungkan disamping juga menyenangkan. Kenapa tidak? Karya tulis yang berbobot, tentunya kalo dikirim ke media cetak atau online akan memperoleh honor yang lemayan. Selain itu, Popularitas pun akan tumbuh subur.

Sebagaimana diceritakan dalam sebuah buku tentang kepenulisan, ada seorang penulis yang mampu menyelesaikan kuliah dan biaya hidup kesehariannya dari hasil honor menulis. Wahh... siapa yang nggak pingin seperti itu.

"Tinta yang paling kabur masih lebih bagus daripada hapalan ingatan". Kalo tidak salah begitulah kata pepatah menyebutkan. Itu artinya kegiatan menulis merupakan upaya kita untuk menjaga apa yang telah kita ketahui.

Bersambung..... *** Istirahat dulu ya nulisnya *** hehee

Tulisan ini sebelumnya ditulis di Fb Saya, 8 Feb 2014

Beda Pandangan Adalah Rahmat


Cara pandang semua orang itu tidak sama antara satu dengan yang lainnya. Oleh sebab itu lahir istilah dari salah satu dosen hukum kami dulu, "Dari mana Anda memandang, di situ Anda dapatkan sudut pandang Anda"

Sebagai contoh, anggaplah ada beberapa orang buta yang disuruh untuk mendefinisikan bagaimana gambaran binatang yang bernama gajah itu.

Orang buta pertama mungkin akan mendefinisikan gajah itu seperti gunung, alias tinggi. Karena dia menyentuh tubuh besar gajah yang tinggi tersebut.

Sedang orang buta kedua, mungkin akan bilang bahwa gajah itu seperti ular. Ya karena dia megang gajah dari belalainya.

Lain lagi halnya dengan orang buta ketiga, boleh jadi ia akan bersikeras mengatakan bahwa gajah itu seperti apa itulah namanya, ya seperti daun keladi raksasa. Kenapa demikian? Karena ia megang gajah dari telinganya.

Intinya, janganlah suka menyalahkan orang lain. Hargailah pendapat orang lain, maka kita pun akan dihargai. Bahkan dalam ajaran agama pun, dan kalo tidak salah ini bersumber dari Hadis Nabi SAW disebutkan, "Ikhtilful Ummati Rahmatun", Beda pendapat atau pandangan dari ummatku adalah Rahmat. Kendati ungkapan kata "ummat" tersebut lebih notabene pada ulama yang mana mereka selaku ahli waris Rasulullah SAW. 

****
Maaf klo ada yang salah pada tulisan ini mohon pembetulannya. Saran serta kritik yang membangun sangatlah Daud harapkan.

Daud Fathani.

Status Daud Fathani, 22 Feb 2014.

Sabtu, 22 Februari 2014

Bloggeng Yuk..!


"Tinta yang paling kabur masih lebih baik daripada ingatan yang paling kuat". 
                                                        (Hikmah dari Seberang)

Dengan hadirnya dunia blogger yang menawarkan akun gratis, kini kita tidak perlu lagi repot-repot beli kertas dan pena untuk menulis. Bahkan, kita juga bisa mempublis semua tulisan kita sendiri agar bisa dibaca publik, tanpa dipungut biaya.

Selain itu, semua tulisan kita dari tulisan pertama sejak kita membikin akun, akan tersimpan rapi dan ngak usah takut hilang.

Bagiku, menulis di blog adalah salah satu hal yang menyenangkan. Kita bisa berbagi kepada sesama, bagi ilmu, bagi pengalaman, dan bahkan kita bisa berdakwah lewat tulisan, disamping untuk mengumpulkan semua tulisan kita agar tetap terpelihara dan tidak hilang.

Walau tidak bisa dipungkiri, saya pun kadang menulis di akun fb. Namun kalo di fb saya masih merasa kesulitan. Sulitnya adalah, kalo di fb tulisan kita tidak bisa tersusun dengan rapi. Semua terkumpul menjadi satu dalam menu atau jendela catatan.

Parahnya lagi, kalo kita menulisnya di Beranda fb atau yang sering disebut dengan status, saya merasa tulisan tersebut ngak akan lama bisa bertahan. Kenapa tidak? Status yang lama akan terus tertindih oleh status-status kita yang baru, hingga kalo kita mau mencari status yang betahun-tahun yang telah kita tulis itu, akan sangat sulit kita mencarinya kembali. Itu mah sama saja kita kehilangan salah satu tulisan kita Sob.

Beda halnya dengan di blogger, semua tulisan kita bisa dipilah atau dikategorikan menurut tema labelnya masing-masing. Selain itu, semua tulisan kita akan tersimpan secara elegan menurut bulan dan tahun kapan tulisan-tulisan tersebut ditulis.

Menarikkan Sob? Buruaaan.... bikin akun blog Sobat, dan Bloggeng sekarang juga!

Satu catatan untuk Sobat, ingat yah jangan lupa kunjungi blog Daud di link bawah ini. hheee

http://catatan-kecilku-daud.blogspot.com/

Daud Fathani@2014

Mimpi ditelpon Dosen


Nada telpon hp-ku berdering. Perlahan Aku lihat, tertulis salah satu nama dosen Favoritku dilayar LCD hp. Tak karuan, Aku pun cepat-cepat mengangkat telpon tersebut.

"Kak, ibu mau bertanya sesuatu masalah pada kakak" .... Kata suara yang terdengar dari hp tersebut yang ternyata suara itu adalah suara anak dosenku yang disuruh untuk menanyakan sesuatu padaku.

Duuch... senang banget dosen mau menghubungiku. Itu artinya beliau tidak melupakan anak didiknya.

Akupun mengiyakan, tanda setuju mau membantu menjawab masalah yang mau dtanya, walau dalam hati, aku pun merasa tidak tahu harus gimana nanti menjawabnya. Ya iyalah. Karena Aku hanya mahasiswa biasa, yang sudah jelas pengetahuanku lebih dangkal ketimbang seorang dosen.

Suara itu mulai melanjutkan pembicaraannya. Namun sayang, Aku tidak bisa menangkap suara itu dengan jelas. jaringannya agak putus-putus, suara itu pun mulai redup, samar-samar, hilang, dan terputus.

Aku terbangun. Ohh..... Ternyata ini hanya mimpi.*

***

Sob, Aku mau bertanya neh, kira-kira apa yah ta'bir mimpi tersebut?.... @


Daud Fathani, 22 Februari 2014

Kamis, 20 Februari 2014

Sabar Adalah Segalanya


Sabar adalah kewajiban.
Sabar adalah obat.
Sabar adalah harapan.
Sabar adalah kemenangan
Sabar adalah segalanya.

Orang yang sabar adalah kekasih Allah, InnAllah Ma'ashShaabiriin.

Sebaliknya, orang yang tidak bisa sabar kelak akan diusir Tuhan. Allah SWT pun berfirman, "Apabila kamu tidak sabar, tidak mau menerima apa yang telah Aku lakukan dan Aku takdirkan, maka carilah tuhan yang lain selain-Ku, dan jangan berjalan di atas bumi-Ku serta jangan pula bernaung di bawah naungan langit-Ku."

Semoga Aku, Kamu, dan kita sekalian bisa bersabar dalam menempuh liku-liku hidup ini. Amiin.

Senin, 17 Februari 2014

Renungan Foto Balita Pinter


Saya bukan mau bilang bahwa foto ini adalah foto saya waktu kecil. Foto tersebut diambil dari internet. Saya tertarik dengan foto tersebut dan akhirnya mencoba menjadikannya sebagai foto profil akun Fb saya (lihat foto profil Daud sekarang).

Apa istemewa dari foto itu? Kelihatannya memang sederhana. Tapi bagiku foto ini seolah punya kekuatan gaib. Ya, kekuatan yang membuat hatiku membatin, "Seandainya Daud Fathani kecil (saya sendiri) sejak usia balita udah bisa dan rajin membaca, seperti yang diilustrasikan foto ini, tentunya, jika Allah menghendaki, Aku tidak mungkin kalah dari sobat-sobatku yang wahh.... pinter-pinter itu dech".

Kini Aku hanya bisa berusaha, berusaha untuk pinter juga. Hmmm, kalau urusan jadi orang pintar (ops... tapi buka dukun ya), jangan mau kalau donk. Memang tidak ada kata terlambat. Mungkin sekaranglah waktu yang tepat, yang telah dipilihkan Allah, Tuhanku, untukku.

Robbi, beri petunjuk pada hambamu ini. Berikan ilmu bermanfaat untukku. Amiiin.

Daud Fathani@2014

Tulisan Curhat ini mulanya ditulis di akun Fb Daud, pada hari yang sama. 

https://www.facebook.com/ahmad.ariansyah

Senin, 10 Februari 2014

Mudahnya Cari Lokasi (Banjarbaru)


Untuk mempermudah pencarian lokasi, baik lokasi pendidikan, perumahan, wisata, perkantoran, dan lainnya yang ada di Kota Banjarbaru, kini masyarakat tidak perlu lagi bingung. Sekarang pemerintahnya sudah menyediakan peta berbases web yang bisa diakses kapan saja.

Mau coba? Klik link di bawah ini


Wah, kalo demikian adanya, kita ngak akan tersesat atau linglung dech di Kota Idaman ini, insya Allah. Mau cari Wisata hutan Pinus?, misalnya. Bagi Anda yang ngak tahu tempatnya, buka saja link di atas tadi, insya Allah Anda akan merasa terbantu dalam pencarian lokasi. Saya sendiri sudah merasakan manfaat dari situs tersebut sewaktu pencarian letak lokasi suatu kelurahan yang saya belum tahu di mana letaknya, yang mana sebelumnya saya hanya tahu bahwa lokasi yang saya cari itu adanya di Kota Banjarbaru.

Saya salut dengan pemerintah Kota Banjarbaru. Selamat dan Sukses ya.

Semoga Bermanfaat.

Daud Fathani@2014
 

Sabtu, 08 Februari 2014

Janganlah Pernah Merasa Puas!


Untuk catatan hari ini, Daud mau nulis apa ya? Bingung. Ya, biginilah kalau hati tengah ngak karuan. banyak pikiran. Aku teringat kata kakak senior sewaktu mengikuti pelatihan menulis beberapa bulan lalu, kata kakak, "Kalau kamu lagi bingung sewaktu menulis, bingung apa yang harus ditulis, bingung karena ngak punya ide, atau bingung karena ini karena itu. Maka kamu ngak perlu nunggu mpe ide itu datang atau nunggu semua yang membuat kamu bingung tersebut hilang. Tulis apa yang ada dipikiran kamu. 

Nah, satu hal yang menjadi pertanyaan Aku sekarang, "Apa perlu aku menulis semua yang ada dipikiranku?" Oh tidak. Mana mungkin Aku sanggup menulis semua yang ada dipikiranku. 

Daripada bicara masalah bingung, bingung, dan bingung, lebih baik Daud curhatan aja sama sobat. Gimana sob, mau ngak dengarin curhat Daud? 

Oke! Sekarang Daud akan memulai curhat. Tapi ingat, ntar kalo udah selesai berikan komentar yang membangun yah. biar asyik deh. Hehee... 

Dulu, beberapa bulan yang lalu, Daud pernah menerima SMS dari teman. Ayuuu.... tebak! Apa bunyi SMS-nya?? Ngajakin jalan-jalan? BUKAN. Ngajak nonton Bareng? NGAK toh. Terus apa deh? Mau tahu aja... Hihihi.... 

Sebenarnya isi SMSnya tersebut bukan ngajakin Daud ke sana atau ke sini. SMSnya cukup menarik perhatian bagi Daud. Kenapa Tidak? Teman Daud yang berinial IB itu menanyakan dalam SMS-nya sebuah pertanyaan yang mungkin bagi orang yang sudah tahu jawabannya, alias yang udah pintar, ngak bakal jadi masalah. Tapi bagi Daud ini merupakan sesuatu hal yang baru dan belum pernah terpikirkan sebelumnya. 

Pertanyaannya cukup mudah, gimana hukumnya sholatnya seorang perempuan yang mengenakan mukena yang tanpa tangan, opss... bukan tanpa tangan, tapi tanpa lengan baju, hhheee.... Dan seringkali ketika sujud, telapak tangan si perempuan tersebut tidak langsung menyentuh tempat sujud, disebabkan terlapik kain mukena yang panjang, kendati tanpa lengan baju tersebut. Nah, yang menjadi pokok pertanyaannya, gimana hukum kesahan sholat seorang perempuan yang ketika sujudnya, telapak tangannya tidak secara langsung menyentuh tempat sujud. 

Hmmm... Gimana, mudahkan?? Ya mudah sih bagi yang tahu jawabannya. Tapi bagi Daud itu dulu merupakan suatu yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Aku pun tidak langsung menjawab SMS tersebut dengan jawaban asal-asalan. 

Memang kalau bayangan sebelumnya ada sih sudah untuk jawaban pertanyaan tersebut. Tapi aku masih ragu. Takutnya nanti kalo salah gimana? Hukum ngak bisa dijawab dengan asal-asalan! Batinku dulu.

Aku pun sibuk merujuk kembali ke beberapa kitab untuk mencari jawaban yang sahih untuk pertanyaan tersebut, dari yang kecil sampe yang besar. Wahh... cape juga ya nyarinya. Alhasil, setelah beberpa lama bulak-balik, buka kitab ini, kitab itu, akhirnya Aku pun menemukan juga jawaban yang dicari.
Alhamdulillah. Aku bersyukur atas karunia Allah untukku yang telah membantu Aku dalam mencari jawaban tersebut. Dan Aku juga bersyukur atas kepercayaan teman-teman yang telah beranggapan bahwa hamba yang lemah ini bisa memberikan solusi, sebuah jawaban yang menjadi unek-unek di hati.

Curhat ini bukanlah sebuah kesombongan atau pamer, tapi sebuah tahaddust binni'mah. Karena Allah SWT menyukai orang yang bersifat demikian (lihat ayat terakhir dari Surah Adh-Dhuha). 

Satu hal yang menjadi sebuah pelajaran dari curhat ini, yaitu hendaklah kita sebagai pelajar, santri, atau mahasiswa, dimana masyarakat menganggap kita sebagai kaum elite dalam dunia pendidikan, sudah selayaknya bagi kita untuk selalu siap menghadapi tantangan, siap memberikan jawaban, siap menyumbangkan pemikiran dengan berasaskan keshahihan. Untuk itu tidaklah mudah, kecuali dimulai dari sekarang. Siapkan semuanya dengan belajar, belajar, dan belajar. Janganlah pernah merasa puas dengan apa yang sudah diketahui. Karena kita tidak tahu kapan kita akan ditanya oleh masyarakan tentang suatu masalah yang pelik? Dan kita pun tidak mungkin tahu apakah nanti kita mampu menjawab pertanyaan tersebut. 

Semoga bermanfaat. 

Daud Fathani@2014

http://catatan-kecilku-daud.blogspot.com/p/blog-page_8286.html

Curhat ini mulanya ditulis di akun Facebook-ku "Daud Fathani" pada tanggal 7 Februari 2014

https://www.facebook.com/ahmad.ariansyah

Jumat, 07 Februari 2014

Setujukah Semua Pengadilan ditutup?


Untuk mengawali tulisan ini, penulis mau menanyakan kepada pembaca “Setujukah kalau seluruh pengadilan di Nusantara ini ditutup?” Sebagian besar mungkin tidak setuju kalo pengadilan ditutup. Kenapa demikian, karena pengadilan adalah sebuah kebutuhan dimana tempatnya orang untuk mencari keadilan.

Jum’at 7 Februari 2014 penulis membaca sebuah berita tentang Asrinya sebuah Pengadilan Negeri yang diwartakan oleh detik.com. Dalam berita tersebut diceritakan, suasana keindahan sebuah Pengadilan Negeri yang didesain secara rapi dan indah, dengan dilengkapi berupa taman yang ditumbuhi dua buah pohon mangga berkayu di tengah-tengah area pengadilan serta dikelilingi tanaman-tanaman berukuran kecil hingga pemandangan tersebut mengesankan keteduhan lingkungan di sekitarnya.

Kendati demikian, jujur saja, dari berita tersebut tidak ada hal yang menurut penulis aneh, unik, dan istemewa. Tapi ketika penulis membaca dari beberapa komentar di bawah tulisan berita tersebut, mata penulis dikejutkan oleh sebuah komentar unik yang menjadi perhatian penulis. Pada komentar tersebut si pengirim komentar yang berinisial RR itu berharap, semoga pada tahun-tahun kedepan pengadilan ini tutup.

Penulis menjadi penasaran dengan komentar yang menurut penulis konyol itu. Kenapa tidak? Pengadilan yang selama ini telah menawarkan jasa keadilan pada pencari keadilan, kendati masih ada sejumlah oknom pejabatnya yang tidak adil dalam memutuskan perkara, hingga ada anggapan dari sebagian rakyat kecil hukum hanya berpihak pada orang berduit. Penulis pun melanjutkan membaca isi komentar tersebut.

Mau tahu apa alasan RR pada komentarnya?? Begini sob, dalam komentarnya itu, RR menjelaskan, “setiap pelanggaran hukum pasti karena melanggar agama”. Ya, tentu donk! Suatu agama tidak mungkin mengajarkan sebuah kejahatan. Itu artinya sebuah kejahatan pasti bertentangan dengan ajaran agama. RR menambahkan, “Mencegah lebih baik daripada mengobati, jadi kalo manusia menjalankan perintah Agama dan menjauhi apa yang dilarang, insya AllAh kantor pengadilan akan sepi pengunjung.”

Bayangkan saja, kalo semua orang menjauhi apa yang dilarang agama, dalam artian tidak berbuat zalim kepada orang lain, tidak mengambil hak yang bukan miliknya, tidak melakukan sesuatu yang dianggap melanggar etika dan norma kehidupan. Sudah bisa dipastikan, kehidupan yang tanpa masalah dan kehidupan yang aman, tentram, serta damai akan tercipta. Dengan demikian para pejabat pengadilan pun akan nganggur karena sepi pengunjung, dan dengan sendirinya tidak menutup kemungkinan membuat pengadilan tidak dibutuhkan dan tutup dengan suka rela.

Alhasil. Sumber daya manusia (SDM) yang agamis merupakan salah satu solusi yang menawarkan untuk memenimalisir melangitnya perkara atau kasus yang masuk di pengadilan. Kenapa penulis kata memenimalisir? karena tidak mungkin juga, menurut penulis pengadilan bisa ditutup, sebab sudah menjadi fitrah kehidupan selama masih adanya kehidupan di dunia sudah barang tentu ada yang namanya orang jahat di samping orang baik.  Untuk itulah, penulis berharap pada pemerintah untuk selalu memperhatikan pendidikan rakyat, khususnya pendidikan-pendidikan agama. Dimana menurut perhatian penulis yang merupakan satu dari sekian banyak warga yang mengeluhkan pendidikan agama hingga saat ini masih dirasa dianaktirikan.

Padahal, selain merupakan kebutuhan untuk tuntunan hidup, pendidikan agama juga merupakan pendidikan karakter yang berakhlakul karimah, yang mampu menciptakan SDM-SDM yang agamis. Idealnya, sebuah pemerintahan yang sadar akan hal demikian tidak mungkin melihat pendidikan agama sebagai pendidikan tambahan, yang berefek  pada kurangnya perhatian kepada lembaga-lembaga pendidikan agama. Tapi justru seharusnya, pemerintah wajib memandangnya sebagai pendidikan pokok dan utama.

Ringkasnya, melangitnya kasus di pengadilan tidak mungkin bisa diminimalisir apakan lagi untuk menutup sebuah pengadilan kalau tidak didukung oleh adanya SDM-SDM agamis yang lahir dari hasil pendidikan agama sejak dini.

Ditulis oleh: Daud Fathani, 7 Februari 2014
Terima Kasih atas Kunjungannya.
 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hot Sonakshi Sinha, Car Price in India