Sabtu, 01 Maret 2014

Pengalaman Pertama Aku Menulis


Curhat yuk...!

Sob, aku teringat masa kecil waktu sekolah Dasar dulu. Kalo ngak salah ingatan, tepatnya sewaktu aku duduk di bangku kelas II. Pada hari itu jadwal pelajaran bahasa Indonesia dan bapak guru memberikan tugas kami mengarang. "bikinlah cerita atau kisah apa saja yang kalian suka" kata guru waktu itu.

Suasana kelas jadi setengah ribut. "Aku kada bisa bekisah" kata temanku setengah berbisik dengan dialek khas banjarnya. "Aku pun juga demikian" timpal yang lain. Pokoknya kami semua bingung. Ya bingung karena ngak bisa menulis cerita. Buru-buru menulis cerita, membaca buku cerita saja juga jarang. Selain perpustakaan sekolah jarang buka waktu itu, kami juga tidak pernah diberikan motivasi untuk menulis.

Walau dengan setengah terpaksa ,tugas yang dianggap nyeleneh itu pun harus kami terima dengan lapang dada. Bagi kami mengarang atau menulis cerita itu sulit. Cara memulainya ngak tahu dari mana. Belum lagi bicara masalah EYD, itu jangan ditanya. Hee. Mungkin itu juga berlaku hingga sekarang bagi kita-kita pemula yang pingin jadi penulis.

Aku masih ingat, waktu itu aku menulis dengan judul “Rajia KTP”, sebuah cerita tentang seorang kakek terjaring rajia KTP yang karena kebodohannya ia pun dimarahin polisi. Pernah ngak sobat membaca ceritanya? Sebenarnya cerita tersebut pernah ada di TTS Bungas yang aku beli di pasar beberapa minggu sebelumnya. Entah siapa penulis pertamanya aku pun juga ngak tahu. Hanya cerita tersebut yang menjadi ide penulisanku waktu itu. Lucu, unik dan khas-nya banjar banar membuatku tertarik menulisnya kembali dalam memenuhi tugas sekolah yang kami anggap nyeleneh itu.

Aku pun memulai menulis. Kata demi kata sudah mulai mengisi lembaran kertas kosong bukuku hingga membentuk kalimat dan beberapa paragraf. Entahlah dari mana dulu aku mengawali tulisan tersebut, yang pastinya aku bisa setelah mencobanya. Tanpa terduga, akupun juga mampu menyelesaikan tulisan pertama yang pernah aku tulis dalam sejarah hidupku itu. Aku akui tulisan tersebut memang banyak kekurangannya. Maklum, itu pertama kali aku menulis dan pertama mendapat tugas mengarang di sekolah jadi banyak kekurangannya. Salah satunya, pemborosan kata dimana-mana. Banyak kata yang diulang. Hingga salah satu temanku pun bilang, "Banyak inya-nya, kok!?"   Aku diam. Aku ngak memperdulikan ocehan temanku itu. Walau demikian aku cukup senang karena akhirnya ia juga tertawa dan senyum-senyum sendiri pasca membaca tulisan tersebut. Kenapa tidak? Habiiisss… Lucu sich cerita yang aku buat itu. hhee

Aku menulis dengan nada aslinya, yakni banjar banar TV nya, oppss… Banjar banar ceritanya. Hheee…. Dalam tulis tersebut aku menggunakan bahasa Banjar. Selain karena faktor kurang bisa berbahasa Indonesia, cerita tersebut memang dari aslinya menggunakan bahasa banjar.
***
Begitulah sobat cerita aku waktu Sekolah Dasar dulu. Ada hal menarik yang menjadi catatan dari cerita tersebut. Pertama, Hendaknya bagi sekolah-sekolah perpustakaannya diaktifin. Artinya, selain harus buka setiap hari, juga buku-bukunya juga harus diperbarui, ditambah donk dengan buku-buku terbaru, biar minat baca siswanya menjadi tinggi. Ingat, buku adalah jendela dunia.

Kedua, bagi para guru khususnya, tugas utama seorang guru selain memberikan pelajaran juga harus memberikan motivasi pada siswa-siswinya untuk rajin menulis dan memberikan tips-tips cara menulis yang benar, cepat, dan tepat. Jadi jangan asal suruh saja, “Karangkan cerita untukku”. Kasian siswanya pusing seribu keliling. Hhee

Ketiga, bagi kita-kita yang masih pemula neh ya! Kalo ingin menulis pasti bingung. Bingungnya bukan karena ngak ada ide. Tapi bingung karena ngak tahu gimana cara memulainya. Ilmu yang pernah penulis dapat sewaktu menjadi anggota Forum Lingkar Pena (FLP) Banjarbaru menjawab pertanyaan ini. Kata senior FLP Bjb, untuk mengatasi hal tersebut adalah, tulislah apa yang ada dibenak atau dipikiran kita. Jangan takut salah. Tulislah. Tulis lagi, dan tulis lagi hingga selesai. Ingat sebelum selesai menulis harap jangan dibaca duluan. Pasca penulisan baru dibaca dari awal. Terus lakukan pengeditan. Kalo ada yang kurang tambahin, dan kalo ada yang lebih ya dikurangin. Soalnya kalo kita membaca apa yang kita tulis sewaktu menulis, takutnya kita disibukkan dengan pengeditan ini-itu, dan karangan pun ngak akan selesai-selesai.

Keempat, Ingin menulis? Jangan bilang ngak bisa, coba dulu. Ingat! Semua tidak mungkin bisa dilakukan tanpa dicoba. Tanpa mencoba, sama halnya dengan menyerah sebelum berperang.

Kelima, Dalam menulis jangan takut salah, jangan takut ada yang kurang ini-kurang itu. Kekurangan itu sudah pasti ada. Tidak ada yang sempurna di dunia ini, kecual Allah dan Rasul-Nya. Bagi kita pemula kegamangan seperti ini sudah pasti ada. Satu hal yang perlu diingat, Yakinkan pada diri kita bahwa ini adalah awal menuju kesempurnaan.

Keenam, Banggalah dengan karya sendiri, karena kita sudah mampu membuktikan bahwa kita bisa, kendati belum maksimal seratus persen. Jangan perdulikan ocehan terhadap tulisan kita. Anggaplah itu adalah kritikan membangun untuk mendongkrak semangat kita menuju lebih baik lagi.

Ketujuh, Janganlah bisanya menertawakan atau mengoceh karya orang lain. Siapa tahu karya orang tersebut lebih baik dari kita. Hargailah karya orang lain, dengan demikian karya kita pun juga dihargai.

Semoga bermanfaat.

Ditulis oleh: Daud Fathani, 01 Maret 2014.
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih atas Kunjungannya.
 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hot Sonakshi Sinha, Car Price in India