Sabtu, 31 Mei 2014

Ulama Pewaris Para Nabi?


Dalam sebuah hadis Rasulullah Saw. disebutkan, “Al-‘Ulama Waratsah Al-Anbiya”. Dalam mengartikan hadis tersebut ada sejumlah orang mengartikan sebagai berikut, “ulama adalah pewaris para nabi”. Oke, benarkah demikian?

Hadis Rasulullah Saw. merupakan sumber utama setelah Al-Qur’an yang mana dalam mengartikan dan menjelaskan hadis tersebut tidak bisa dengan asal-asalan atau ikut-ikutan, kalau tidak mau dikatakan sesat atau menyimpang. Perlulah pemahaman yang jeli. Supaya tidak salah. Hati-hatilah dalam menterjemahkan Hadis Rasulullah Saw. Sedikit saja, satu kata saja yang salah dalam menterjemah maka akan berimbas pada kesalahan yang fatal.

Namun demikian, sebelumnya, penulis ingin menyampaikan bahwa tulisan ini bukanlah menggurui atau menganggap diri peribadi paling benar. Umat Islam adalah bersaudara. Sebagai saudara sudah selayaknya untuk saling menasihati, menegur, dan meluruskan apabila melihat saudaranya salah. Terkait pokok masalah yang dibahas di sini, mari kita membuka Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “Waris” bermakna orang yang berhak menerima harta pusaka dari orang yang telah meninggal. Begitu pula dengan arti kata mewarisi.
Sedangkan kata "PEWARIS" (maaf, penulis menggunakan hurup kapital/besar biar lebih terpokus pada yang dimaksud) masih menurut versi KBBI, diartikan "orang yang mewariskan".

Sekarang pertanyaannya, benarkah ulama adalah pewaris para Nabi? apakah pantas kita menyebutkan bahwa ulama adalah orang yang mewariskan (ilmu) pada para Nabi? Tentu tidak. Ini artinya, penerjemahan Al-'Ulama'u Warastah  Al-Anbiya dengan terjemah bebas seperti ini, yakni ulama adalah pewaris para Nabi, adalah Galath Fahisy, kesalahan fatal.

Terjemah benarnya, ulama adalah waris para Nabi. Atau agar lebih jelasnya lagi ulama adalah ahli waris para Nabi. Bukan pewaris. Karena pewaris sebagaimana dijelaskan di atas artinya orang yang mewariskan. Sedang lawannya, waris (ahli waris) adalah orang yang menerima harta warisan, dan inilah yang benar, tidak bisa dipungkiri.

Jadi, kesimpulannya mulai sekarang kita jangan sekali-kali dan jangan lagi mengatakan ulama pewaris para nabi. Ini kesalahan fatal. Katakanlah ulama adalah ahli waris para Nabi.

Oleh sebab itu, dalam tulisan ini penulis berharap bagi diri pribadi khususnya dan pembaca lainnya agar lebih seleksif dalam menentukan arti terjemah, biar tidak terjadi kesalahan yang fatal kembali.

Semoga bermanfaat.
Terima Kasih atas Kunjungannya.
 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hot Sonakshi Sinha, Car Price in India